Semoga…

Semoga apa yang sudah disebutkan tadi tidak semudah itu dilupakan dan kata-kata beliau didengar oleh malaikat yang kebetulan lewat. Semoga semoga, semogaa… Semoga ini jalan pembuka semua keinginan. Semogaaaa…

*komat-kamit mestakung*

DB #13-16

Oke, kali ini DB yang akan saya tampilkan disajikan secara borongan. Macem kontraktor aja borongan *lupakan*. Pelakunya berganti-ganti antara kedua pemain lama. Haha. Silakan menikmati!

D : Ya maklum lah canggung gitu. Namanya juga anak pospen.
N : Pospen apa sih?
D : Itu lho yang kayak madrasah gitu.
R : Ponpes kali. Ngok! (red. ponpes = pondok pesantren)

R : Enggak kerasa aku udah ngabisin puding rotinya 2 slide dong.
N : Huahahaha

N : Kenapa sih US Army banyak bikin code-code bidang sipil gitu?
D : Iya soalnya bla bla bla. Jadi US Amri
N : Huahahahahahahahaha

N : Nilai paling jelek selama kuliah itu pemrograman komputer lah.
D : Wah, kalo aku malah seneng gitu-gituan. Ngoprek-ngoprek HMTL.
N : Emang himpunan?
Kunci jawaban: html lho woy. HMTL mah Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan =))

Maaf

“Hei, bangun.. bangun..”
Aku bangun dengan keringat dingin. Memandang sesosok wajah familiar di sebelahku. Kak Noni menghilang sejenak, kembali dengan segelas air dingin.
“Ini minum dulu. Mimpi buruk ya, Neng?”
Kuterima gelas itu, kuminum isinya sampai habis walau tak haus.
“Kenapa lagi kamu? Masih kepikiran masalah kemarin?”
Aku mengangguk lemah dan mengucap iya dengan lirih.
“Yaah, berarti kamu belum bisa maafin dia dong kalo gitu. Lah, orang masih kesel begini.”
Aku menggeleng lagi, kali dengan kuat. Aku udah maafin dia lho, Kak. Bahkan sebelum dia mengucap maaf. Tapi g tau kenapa masih kesel. Tapi, tapi beneran aku udah maafin dia lho, kataku berapi-api.
“Yah, tapi dek, orang kalo g dikasih tahu, mana tahu dia isi hati kita?”

Aku memandang Kak Noni gemas, bukannya aku g mau bilang, lah orang Kak Noni aja masih belepotan mengerti omonganku. Apalagi dia, dia g ngerti lho aku ini ngomong apa, kecuali kalo aku tulis apa yang mau aku omongin. Kak Noni kan harusnya ingeett, aku ini ngomongnya pake bahasa isyarat. Huh! Kutatap wajah beningnya dengan seribu kata yang terlukis di wajah. Tak karuan.

Sunflower

Do you know how much I love sunflower? Especially when it combines with blue sky. How much I love them more! Can I have it once a while? ;p


Photo source: Tumblr

(a) Chinese People

This original post was here. I translate it to English because I made a promise to someone which his/her picture I borrowed for this post. So I hope, whoever you, you can enjoy my writing like others do. Thank you for the pict…:)

*

BZZZ BZZZ…..BZZZ BZZZ BZZZZ…….

Today is Sunday, the day when text messages are really struggling with one another to enter my cell-phone. I open them one by one. I suddenly stopped at one, while already lost counting how many I’ve read, a message from a dear friend.

“I’ve just heard a person which has such a deep contempt for Chinese. She’s just side of me saying it! She doesn’t know I’m of Chinese ethnic. Well, even though I’m not pure Chinese, I feel unexpectedly offended by it.”

I replied: “Wow? That’s a pain. Well, just let her be; just one of those way too narrow-minded.”

A reply came back: “It’s a newly high school graduate. I’m trying to just take it and just let her be, remembering his apparent age. But its making me pissed off while he starts insulting even more aggressively.”

Well, somehow high school days are the days when it seems any mistake could be forgiven. Being unstable, over-doing things, being over-depressed or moody, rebellious, acting without thinking the consequences, all seem to be forgivable with the sentence “ …well, okay, just let him be, he’s just a green-horned high school-er, they don’t know any better”. (It may seem that) nothing needs to be regretted on our past high school times.

But for cases of sensitive issues in my country…issues of SARA, it’s different. (SARA: Suku, Agama, Ras, Antar golongan; meaning tribe, religion, race or ethnic, inter-group or inter-community. Let’s just call it SARA for the time being…:D).  The act of disputing SARA issues shouldn’t happen. This attitude of disputing SARA issues shouldn’t ever come from anybody. Make it children, grown-ups, a junior-high student, or even a parent. No one.

I’m grateful I’m living in a plural neighborhood, especially when it goes with SARA issues. I come from a multi-ethnic family and I really understand the awful feeling of being teased of offended on ethnic matters.

In the neighborhood where I live in, the majority of the residents are of Chinese ethnic. Their culture always takes part in my daily activities. Social gatherings, Independence Day celebrations, to the Islamic fasting month and Chinese New Year’s, luster the daily lives in my neighborhood.

Since junior high school until my recent collage days, at least I have a good friend which has a Chinese ethnic origin. Even among my Civil Engineering class of 2007, we have a special title for our friends of Chinese ethnic origin: OC (orang Cina, (a) Chinese person). We simply just call the guy OC.

It sounds offending doesn’t it? Even though there is the word “Chinese” in the acronym, and it may sound offending for a common person, but the feel of saying OC amongst us is the same as saying Tionghoa (of Chinese origin) The saying “of Tionghoa origin” in my country is a more respectful way of a addressing a Chinese ethnic person. The “aura” of saying “OC” is an aura of respect, and also caring. And not least important, to give a feel of acceptance, in our own way. So OC is our caring call for  Tinghoa ethnics in civil engineering class 2007.

So, is it fun to tease of offends somebody regarding SARA issues? Will we like it or accept it if we were in they’re position? For a better world, let’s respect each other without any SARA tags or disputing SARA issues…=)

Picture from this site. Thanks a bunch to Muhamad Agil Najib for translating this article.

Puding Roti

Karena ulah si tetangga kamar yang menjamurkan rotinya, maka diputuskan *dia yang memutuskan secara sepihak* untuk mengubah si calon roti jamuran ini menjadi kudapan yang membangkitkan selera, yaitu puding roti.

Resep asli saya dapatkan dari sini. Kemudian saya ubah sedikit, menyesuaikan bahan yang ada dengan takaran anak kosan tentu sajaa…:p Jadi ini dia resep yang saya modifikasi.

Puding Roti

Bahan:
8 lembar roti tawar
3 gelas belimbing susu cair
2 butir telur (karena cuma punya 2 butir)
6 sdm munjung gula (saya pakainya gula halus, karena punyanya itu)
2 sdm munjung mentega yang telah dicairkan
1/2 sdm esens vanili
meses secukupnya (untuk taburan)

Cara Membuat:
1. Sobek-sobek roti menjadi sobekan kecil. Rendam dalam susu cair sampai empuk (kira-kira 20 menit)
2. Kocok telur bersama gula sampai gula larut. Kemudian campur dengan mentega cair.
3. Campuran no.2 dimasukkan dalam campuran no.1. Aduk sampai rata.
4. Letakkan adonan dalam gelas/mangkok kaca.
5. Masukkan adonan tadi dalam dandang yang airnya sudah mendidih. Kukus.
6. Saat proses pengukusan berjalan 20 menit, taburkan meses di atas adonan setengah matang. Kemudian kukus 10-15 menit lagi.
7. Puding roti dapat disajikan hangat atau dingin.

Tips:
1.  Mentega cair yang akan dicampurkan pada langkah no.2 harus dalam keadaan dingin ya. Kalau masih panas, nanti adonan telurnya jadi setengah matang gitu. Percayalah saya pernah mengalaminya dan… iyuh. Ya begitulah.
2. Saat memasukkan adonan, pastikan kukusan/dandang dalam kondisi air mendidih.
3. Karena tips no.1 dan 2 agak memakan waktu menunggu, maka sebaiknya kedua proses (mencairkan mentega dan memansan dandang) dilakukan pertama kali.
4. Taburannya bisa apa saja kok. Mulai dari kismis, kacang cincang, kenari, choco chip, coklat blok parut, keju, atau bahkan kelapa muda. Yum, bisa jadi klappertart sekalian…:D
5. Oiya, jangan kaget ya waktu membuka dandang terakhir kali, adonannya jadi amat sangat mengembang. Ini sifatnya kayak souffle kok, kalo dingin juga bakal kempes sendiri, hehe.

Selamat mencoba! =)